Selamat Datang di Blog Alpha Rho

Sabtu, 15 Mei 2010

Inovasi: Kran Bak Mandi Otomatis
















Bak mandi beserta gayungnya adalah merupakan bagian dari kamar mandi kebanyakan masyarakat Indonesia, kecuali di kota-kota besar dimana budaya tradisional ini sudah mulai ditinggalkan karena pada umumnya orang mulai beralih ke budaya ‘shower’, plus ‘bathtub’ nya bagi yang mampu.

Terkait dengan budaya bak mandi serta gayungnya tersebut, keluhan (atau tepatnya omelan) pemilik rumah (atau induk semang kosan mahasiswa, misalnya) atas kelupaan salah satu penghuni untuk menutup kran bak mandi sudah lazim didengar. Biasanya penghuni baru engah kalau suara air luber di kamar mandi sudah terdengar, atau mulai curiga mendengar desingan suara pompa air yang terus menerus hidup tidak kunjung berhenti yang menandakan ada kran air yang terbuka.

Keluhan atau omelan tersebut bisa juga terjadi pada situasi kebalikannya, yaitu penghuni rumah mengumpat habis-habisan karena ketika masuk ke kamar mandi ternyata bak mandi kering kerontang karena yang mandi sebelumnya kelupaan membuka kran airnya, ditambah bak mandi tersebut memang ada ‘bocor halus’ sehingga air yang tinggal sedikit menjadi habis total.

Di luar daripada itu, di masa sekarang penghamburan air secara sia-sia sudah barang tentu cara hidup yang harus sudah jauhj ditingalkan, terkait konservasi energi dan lingkungan hidup.

Kran bak mandi otomatis seperti pada foto merupakan jawaban tepat untuk permasalahan di atas. Kran tepat-guna tersebut mudah dalam pembuatannya dan ekonomis dari segi biayanya. Mungkin kalau dibandingkan dengan harga sebuah kran air merek terkenal biaya membuat kran bak mandi otomatis tersebut jauh lebih murah. Material yang digunakan mudah diperoleh di toko-toko bahan bangunan, dan berharga murah. Berikut adalah rinciannya:
- Double nipple: kuningan ½” - 1 buah
- Elbow (Keni) drat dalam PVC ½” - 2 buah
- Sok drat dalam PVC ½” - 2 buah
- Stop kran ½” - 1 buah
- Set pelampung yang sesuai - 1 set
- Lem PVC - 1 tube
- Seal tape - 1 rol
- Potongan pila PVC ½” - +/- 20 cm
Sedikit pengaturan mungkin perlu dilakukan terkait penentuan permukaan air maksimum dimana pelampung harus menutup habis aliran air ke bak. Ini tentunya berhubungan dengan jarak antara lubang kran yang ada di dinding dengan ketinggian mulut bak. Pengaturan dilakukan dengan memotong seperlunya masing-masing kedua keni, dan kalau perlu juga kedua sok drat dalam, secukupnya (sebelum merakit dan me-lemnya) sehingga diperoleh desain yang optimum.

Penampilan perangkat kran bak mandi otomatis ini memang kurang sreg di hati, apalagi kalau material bak mandi serta perlengkapan lainnya yang ada di kamar mandi adalah ‘berkelas’ sehingga adanya kran otomatis ini bisa merusak pemandangan. Hal ini bisa diatasi dengan kamuflase yang sesuai sehingga sebagian besar perangkat kran otomatis ini tidak akan terlihat, kecuali bola pelampungnya yang mau tidak mau harus kelihatan karena pada saat air bak berkurang bola pelampung tersebut akan turun mengikuti permukaan air, atau malah menggantung tidak menyentuh air kalau volume pemakaian air jauh melebihi debit air yang keluar dari kran.

Untuk keperluan menguras bak mandi, stop kran yang terpasang difungsikan untuk menutup aliran air, dan pelampungpun kalau perlu bisa dilepas untuk memudahkan pergerakan saat menguras.

Bagi yang berminat, selamat mencoba.

Rabu, 05 Mei 2010

Perjalanan: Erlangen, Jerman (1991)



















Kunjungan ke Erlangen, sebuah kota kecil di Jerman, selama kurang lebih sebulan, terjadi September-Oktober 1991. Menginjakkan kaki di Erlangen pas saat memasuki musim dingin. Jarak tempuh ke tempat kerja sebetulnya cukup dengan berjalan kaki, namun sehubungan dengan cuaca maka solusinya adalah dengan menyewa sepeda, seharga beberapa puluh DM untuk masa sewa sebulan.

Berakhir pekan di Erlangen dihabiskan dengan bersepeda keliling kota, atau sesekali pergi ke luar kota sekitar Erlangen seperti Nurnberg (Nuremberg), Rothernburg, dll. Juga pernah pergi ke Munich (Muenchen)untuk menikmati keramaian pesta bir tahunan 'Oktoberfest', yang terkenal dengan kekhasan gelas birnya bertakaran satu liter. Kabarnya bir yang disajikan juga khusus dibuat atau dipersiapkan untuk pesta ini, dengan warna yang memang lebih pekat dari biasanya.

Di akhir pekan 'downtown' (pusat kota) Erlangen cenderung sepi karena toko-toko hanya buka setengah hari di hari Sabtu, dan tutup total di hari Minggunya. Sehingga kalau tidak jalan-jalan ke luar Erlangen selama akhir pekan hanyalah keliling kota bergowes-ria sambil 'window shopping' yang sebenar-benarnya, karena di sepanjang pertokoan bisanya hanya melongok dari kaca etalase.

Selasa, 04 Mei 2010

Perjalanan: Thac Ba, Vietnam Utara (2008)




















































Thac Ba adalah sebuah ‘desa’ pedalaman di distrik Yen Binh, propinsi Yen Bai, Vietnam bagian utara. Thac Ba dicapai melalui perjalanan darat selama kurang lebih tiga setengah jam, dari airport Hanoi ke arah utara menggunakan mobil sejenis Toyota Kijang, mengarungi liku-liku jalan pedalaman Vietnam bagian utara.

Thac Ba dikenal dengan danaunya (danau Thac Ba) yang terjadi akibat dibendungnya sungai Thac Ba untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Thac Ba. Pemandangan di sekitar danau Thac Ba sangat indah, dan pemerintah Vietnam sudah lama berencana mempromosikan Thac Ba sebagai daerah pariwisata terkait keindahan danau tersebut. Danau Thac Ba mencakup area 23.400 hektar, dan kabarnya ada 1.331 pulau-pulau kecil di tengahnya.

PLTA Thac Ba adalah PLTA pertama di Vietnam. Pengadaaan peralatan dan pembangunannya dilakukan oleh perusahaan konstruksi Rusia, yang bisa terlihat dari merek mesin-mesin dan peralatannya. Namun baru-baru ini PLTA Thac Ba mulai memodernisir mesin-mesin, peralatan, dan sistim operasinya melalui sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perlistrikan.

Di luar kompleks perkantoran dan perumahan PLTA Thac Ba, suasana Thac Ba adalah benar-benar suasana perkampungan Vietnam. Seperti halnya pasar tradisional di perkampungan Indonesia, Pasar di Thac Ba hanya berlangsung sampai menjelang tengah hari. Kendaraan mobil hanya satu dua kelihatan, itupun terkait operasional PLTA Thac Ba atau mobil polisi, selebihnya alat transportasi yang digunakan adalah sepeda dan sepeda motor. Sejauh berkeliling-keliling area Thac Ba, hanya ditemukan satu rumah makan, atau tepatnya warung nasi.

Komunikasi adalah masalah terberat selama berada di Thac Ba. Selain dengan segelintir karyawan PLTA, selebihnya bisa dikatakan tidak ada yang bisa diajak bicara dalam bahasa Inggris di Thac Ba. Akhirnya komunikasi dilakukan dengan bahasa Tarzan, atau malah lebih efektif dengan corat-coret gambar di kertas.

Seperti umumnya daerah Vietnam bagian utara, Thac Ba mengalami 4 musim. Berada di Thac Ba di saat musim panas, panasnya sangat menyengat. Kadang-kadang suka bingung dan tidak percaya, berada di atas pegunungan bukannya merasakan semilir angin dingin ataupun melihat halimun di pagi hari seperti biasanya kalau berada di daerah pegunungan di Indonesia, melainkan hawa panas yang sangat memanggang ubun-ubun. Di tengah hari, kalau mau, kayaknya kita bisa masak telor ceplok di atas kepala. Debupun menjadi masalah di saat musim panas. Hampir semua pengendara sepeda dan sepeda motor mengenakan sejenis masker kalau sedang melaju. Disebut ‘sejenis masker’ karena memang kelihatannya tidak seperti masker yang biasa kita lihat melainkan seperti bikinan pribadi, dengan warna dan motifnya yang bermacam-macam.